Diposting oleh
UnknownKamis, 16 November 20170
komentar
Kekuatan Setya Nova
Potret kekuatan Setya Novanto semakin terlihat. Sejak ditetapkan sebagai tersangka korupsi E-KTP, dia langsung unjuk gigi. Majelis hakim Tipikor kasus E-KTP menghilangkan namanya dari empat nama (paling kurang) dalam dalam amar putusan. Pun para kurir pengantar uang korupsi pun menyatakan tidak mengenalnya. Selain itu, soliditas dukungan pun dari Golkar mengalir deras. Tak tanggung-tanggung BJ Habibie pun memberikan dukungan kepadanya. Bagaimana sebenarnya kekuatan utuhnya sehingga menjadi manusia terkuat di Indonesia?
Kekayaan (baca: dan kekuatan) Setya Novanto memang luar biasa. Di luar kebiasaan karena kekayaan itu baginya bukan hanya berupa uang, namun berupa koneksi jaringan network tingkat tinggi di semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara secara komprehensif. Kekayaannya yang tercatat hanya sebesar Rp 114 miliar rupiah. Namun jika melihat pengaruhnya, maka di situlah nilai kekuatan Setya Novanto yang sesungguhnya.
Sinterklas Banyak Teman di Lembaga Negara, Institusi, Pengusaha
Banyak teman dan sinterklas seperti disebut Nazaruddin, adalah jiwa dan kekuatan Setya Novanto. Dia lebih banyak menjadi teman siapa saja dan tidak memihak. Dia selalu berada di tengah-tengah. DIa tidak memiliki masalah perkubuan di dunia usaha dan berteman baik dengan semua kalangan. Karenanya, ketika Hary Tanoe unjuk gigi karena dekat dengan Trump, Setya Novanto pun tampil lebih hebat di muka umum dengan tampil dalam kampanye capres Donald Trump.
Kekuatan koneksi bisnis Setya Novanto ini dimulai dengan bekerja-sama dengan kalangan konglomerat di lingkaran Sudwikatmono. Sudwikatmono adalah jaminan mutu karena dekat dengan keluarga Cendana pimpinan the Godfather eyang saya Presiden Soeharto. Bisnis apa pun yang disentuhnya menghasilkan uang dan memerlebar koneksi dan network-nya.
Dengan keluasan bidang usaha bisnis tersebut maka Setya Novanto jelas dekat dengan Jusuf Kalla, ARB, Hatta Rajasa, SBY, Riza Chalid, dan berbagai tokoh politik dan konglomerat. Salah satu teman dekatnya antara lain konglomerat property dan industri Joko S Tjandra dan Eka Tjandranegara bos Mulia Group.
Dia pun dengan cerdas mampu merangkul berbagai pihak dengan latar belakang yang berbeda. Dia juga berhubugan baik dan bekerja sama dengan hampir semua konglomerat. Hal ini terjadi terlebih karena dirinya bendahara umum Golkar juga selama bertahun-tahun sejak 2000-2013.
Setya Novanto pun terkenal dekat dengan kalangan militer. Jenderal Wismoyo Arismunandar adalah teman dekatnya sejak lama. Kekuatan koneksi ini, apalagi zaman eyang saya Presiden Soeharto, menjadikan kekuatan lobby yang sangat menjanjikan bagi lawan dan kawan bisnis dan politik. Superb! Dari pertemanan dengan Wismoyo inilah kelebaran jaringan menggurita. Setya Novanto tidak canggung bersentuhan dengan kalangan militer dan polri di Indonesia.
Kekuatan Lobby Bisnis dan Politik
Sejak awal Setya Novanto tak terbendung menggunakan organisasi untuk memerluas jangkauan pertemanannya. Menjadi orang penting dan Pembina Perkumpulan Golf untuk para anak TNI menjadi pintu masuk strategis bagi ia untuk malang melintang di organisasi. Jabatan bendahara di kepanitiaan ad hoc seperti Sea Games, Asian Games, Olimpiade, dia pegang.
Selain dalam bidang tersebut Setya Novanto terlibat di bidang politik. Lewat politik, jaringan bisnis dan organisasinya ini merambah ke segala lini. Pun sejak zaman eyang saya Presiden Soeharto telah terlibat politik di Golkar lewat Kosgoro dan asuhan Hayono Isman.
Dengan kekuatan itu, maka tak heran jika Setya Novanto pun pernah bertemu dan menawarkan lobby Indonesia akan membeli peralatan militer dari Jepang. Tak tanggung-tanggung dikabarkan yang ditemuinya adalah PM Jepang Sinzo Abe. Hal yang membuat Menhan Jenderal Ryamizard Ryacudu berang.
Percaloan (baca: lobby bisnis) menjadi kekuatan Setya Novanto yang tampak di berbagai kasus yang kadang membelitnya.
Kisruh Golkar Untungkan Setya Novanto
Kekuatan kroni bisnis yang lihai membuat Setya Novanto selalu mendapat dukungan politik. Hubungannya dengan Jusuf Kalla dan keluarga Kalla pun sangat baik, dalam hal bisnis karena sejak lama sama-sama berbisnis di Indonesia Timur, Batam, Kalimantan, dan Jakarta. (Dalam kesempatan tertentu seperti kasus Papa Minta Saham, Setya Novanto sering bertemu dengan Jusuf Kalla untuk konsultasi dan konsolidasi. Pengaruh JK di Golkar masih tetap kuat karena peran di DMI dan gurita bisnisnya.)
Dalam berbagai drama pengadilan, pemilihan tempat dan para hakim menjadi kunci keberhasilan (dan kegagalan) kubu Agung Laksono dan juga kubu Aburizal Bakrie. Siapa yang tepat berada di pengadilan dengan angggota majelis hakim tertentu dialah yang akan menang. Dugaan ini kuat muncul sebagai akibat perang kepentingan dan keberpihakan. Fakta nyata terjadi dalam MK, paling kurang semasa Akil Mochtar.
Kekuatan Agung Laksono yang nyata-nyata mendukung Presiden Jokowi kalah telak di pengadilan. Kubu Ical menang. Namun pada akhirnya, justru yang memetik hasil perpecahan Golkar adalah Setya Novanto. Dia berhasil menyingkirkan ARB dan Agung Laksono, dalam drama perpecahan Golkar.
(Dalam hal maneuver politik, Setya Novanto hanya kalah oleh Presiden Jokowi. Golkar akhirnya mendukung Presiden Jokowi dan Koalisi Merah Putih bubar. Kegeraman pencatutan nama Presiden Jokowi dalam kasus Papa Minta Saham, dilupakan oleh baik Setya Novanto maupun Presiden Jokowi. Bahkan Golkar pun siap mencalonkan Presiden Jokowi di 2019. Hal yang PDIP dan partai pendukung utama Jokowi-JK pun belum lakukan. Kini adu bidak catur tengah dimainkan baik oleh Setya Novanto maupun Presiden Jokowi, dengan benteng perusuh percaturan ikut meramaikan yakni JK. Unik jadinya. Seru.)
Manfaatkan Kekuatan, Pengaruh dan Tangan Orang Lain
Dalam berbisnis, Setya Novanto menggunakan tangan orang lain untuk mencapai tujuannya. Dia pun tampak dengan sangat elegan ‘membantu’ berbagai macam pihak untuk kelancaran usaha rekan bisnis atau teman.
Dia mampu menggabungkan dengan sempurna seluruh investasi pertemanan, persahabatan, kerjasama, dalam membangun kerajaan bisnis. Baginya, nama dan jabatan tidak menjadi masalah. Yang terpenting bisnis lancar dan saling berbagi yang menguntungkan. Untuk itu ia dalam mengandalkan kemampuan lobby dan negosiasi yang begitu hebat hingga lawan bicara memercayainya.
Sejak perkara cessie Bank Bali, gerak Setya Novanto tidak pernah lagi menggunakan perusahaannya untuk menjalankan proyek. Setya Novanto lebih banyak melakukan lobby sebagai bagian dari penjalanan proyek-proyeknya. Salah satu yang mencolok adalah e-KTP.
Meskipun disebut menerima Rp 571 miliar atau 11 persen nilai proyek itu, nama perusahaan Setya Novanto tidak terlihat. Sebelumnya dalam berbagai proyek Pertamina, PON, dll. yang di semua kasus itu lolos dari jeratan hukum. Hanya para pelaksana proyek yang akhirnya masuk bui